Rabu, 16 September 2009

Idul Fitri Jatuh pada Minggu, 20 September (Dari Kompas.com)

PEMANTAUAN LAPAN
Kamis, 17 September 2009 | 05:07 WIB

Bandung, ANTARA – Kepala Pusat Pemanfaatan Sains dan Atmosfer Iklim Lembaga Penerbangan dan Antariksa Thomas Djamaludin, Rabu (16/9) di Bandung, Jawa Barat, mengatakan, 1 Syawal 1430 Hijriah atau Lebaran berdasarkan perhitungan dan pantauan posisi Bulan diyakini jatuh pada hari Minggu (20/9).

Berdasarkan pantauan pakar astronomi, posisi hilal pada Sabtu (19/9) menurut Thomas sudah di atas 4 derajat, azimut Bulan dari Matahari sudah cukup jauh, yaitu sekitar 6 derajat, sehingga tanggal 1 Syawal akan jatuh pada hari Minggu (20/9).

”Secara umum, hilal sudah bisa dilihat baik berdasarkan hisab (perhitungan) ataupun rukyat (melihat Bulan) pada 19 September di beberapa tempat,” kata Thomas Djamaludin yang juga peneliti utama astronomi dan astrofisika itu.

Ia menjelaskan, sebenarnya dalam kalender Departemen Agama tanggal 1 Syawal jatuh pada Minggu (20/9). Namun, karena bertepatan dengan hari libur, maka digeser. Jadi, sebenarnya tak ada perbedaan hilal, yang membedakan hanya karena adanya pergeseran hari libur saja.

”Saya mengingatkan kepada masyarakat agar pada 20 September tidak puasa lagi karena hari itu sudah jatuh pada tanggal 1 Syawal. Itu berarti puasa telah berakhir pada 19 September,” ujarnya.

Waktu shalat

Menurut Thomas, adanya pergeseran libur tersebut mengakibatkan banyak masyarakat yang salah menerka waktu shalat Idul Fitri. Masyarakat banyak yang mudik pada H-1 karena mengira shalat Idul Fitri jatuh pada hari Senin (21/9).

Lebih jauh, Thomas menyebutkan, tahun ini sudah dipastikan tidak ada lagi perbedaan hilal.

Hal itu disebabkan karena pengamatan dilakukan di atas 4 derajat. Bahkan, di Jabar hilal terlihat lebih besar lagi, yaitu mencapai 6 derajat.

Saling melengkapi

Pengamatan hilal, tambahnya, dari sisi dalilnya memang ada dua yaitu hisab dan rukyat. Namun, dari sisi astronomi, pengamatan hilal dengan hisab maupun rukyat justru saling melengkapi.

”Hisab astronomi modern sekarang sudah bisa dipastikan hasilnya akan cocok dengan pengamatan. Sebab, pengamatan dilakukan sudah dengan komputerisasi,” ujarnya.

Pengamatan secara komputerisasi, sambung dia, langsung mengarah ke posisi bulan. Dengan demikian, hasilnya lebih akurat dan lebih membuktikan seberapa besar keakuratan hasil penghitungan tersebut.

”Lembaga atau organisasi massa Islam di Indonesia sekarang banyak yang sudah menggunakan pengamatan dengan komputer untuk mengamati hilal,” ujarnya menegaskan.(ANT/YUN)

Catatan:
Satu lagi instansi pemerintah yang menghitung / hisab awal Syawal, setelah BMKG dan Badan Hisab & Rukyat DEPAG, dengan hasil yang sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BMKG: Gempa Terkini

BMKG Fan Box

AddThis

Bookmark and Share

BMKG : Gempa Dirasakan