Ingin tambah informasi di web kamu dengan tampilan teks berjalan (running text) ? Caranya mungkin sangat mudah, tinggal memakai tag "marquee" semua sudah beres. Tapi kali ini gue mau kenalin ke kalian fasiltas yang sudah dibuat oleh ScriptOcean.com untuk membuat teks berjalan dengan menggunakan DHTML, dan ada juga dibuat dengan menggunakan flash. Tinggal jalanin aplikasinya dan ditambah isi yang kamu kehendaki, langsung beres deh. Oh ya, program ini suport juga XML loh !!!.
ScriptOcean FlashMenu
Flash News Scroller
Horizontal Flash Menu
DHTML News Ticker
Flash Text Scroller
Flash Popup Menu
JavaScirpt SlideShow
Flash Text Fader
Accordian Menu
Tapi, ini ga gratis.. ada registration code yang harus diisi. Tapi masa sih gue ngasih link bagus kalo ga dikasih tau registration code-nya juga.. Nih gue kasih gratis juga !!!
Flash Menu Wizard s6o86fm5en9
Horizontal Flash Menu Wizard h84g39pm278k
Flash Popup Menu Wizard p58m2g5uzme4rts3
Flash Text Scroller Wizard fts629pmc4
Flash News Scroller Wizard gr7b829c4
Flash Text Fader Wizard ykg6cne7wb4s
DHTML News Ticker Wizard dt83h6k2m4
DHTML Menu Wizard dm459my7d4k9
4Slideshow fssc8wdkb4
Sikat mang !!!!
Minggu, 27 September 2009
Rabu, 16 September 2009
Informasi BMKG lewat SMS
Informasi Gempabumi BMKG :
Caranya :
- ketik GA lalu kirim ke : 2303
- ketik gempa dd/mm/yyyy lalu kirim ke : 2303
- ketik: gempa namakota lalu kirim ke : 2303
Informasi Cuaca Hari ini BMKG :
Caranya :
- ketik: c0 namakota lalu kirim ke : 2303
- ketik: cuaca0 namakota lalu kirim ke : 2303
Informasi Cuaca Esok Hari BMKG :
Caranya :
- ketik: c1 namakota lalu kirim ke : 2303
- ketik: cuaca1 namakota lalu kirim ke : 2303
Idul Fitri Jatuh pada Minggu, 20 September (Dari Kompas.com)
PEMANTAUAN LAPAN
Kamis, 17 September 2009 | 05:07 WIB
Bandung, ANTARA – Kepala Pusat Pemanfaatan Sains dan Atmosfer Iklim Lembaga Penerbangan dan Antariksa Thomas Djamaludin, Rabu (16/9) di Bandung, Jawa Barat, mengatakan, 1 Syawal 1430 Hijriah atau Lebaran berdasarkan perhitungan dan pantauan posisi Bulan diyakini jatuh pada hari Minggu (20/9).
Berdasarkan pantauan pakar astronomi, posisi hilal pada Sabtu (19/9) menurut Thomas sudah di atas 4 derajat, azimut Bulan dari Matahari sudah cukup jauh, yaitu sekitar 6 derajat, sehingga tanggal 1 Syawal akan jatuh pada hari Minggu (20/9).
”Secara umum, hilal sudah bisa dilihat baik berdasarkan hisab (perhitungan) ataupun rukyat (melihat Bulan) pada 19 September di beberapa tempat,” kata Thomas Djamaludin yang juga peneliti utama astronomi dan astrofisika itu.
Ia menjelaskan, sebenarnya dalam kalender Departemen Agama tanggal 1 Syawal jatuh pada Minggu (20/9). Namun, karena bertepatan dengan hari libur, maka digeser. Jadi, sebenarnya tak ada perbedaan hilal, yang membedakan hanya karena adanya pergeseran hari libur saja.
”Saya mengingatkan kepada masyarakat agar pada 20 September tidak puasa lagi karena hari itu sudah jatuh pada tanggal 1 Syawal. Itu berarti puasa telah berakhir pada 19 September,” ujarnya.
Waktu shalat
Menurut Thomas, adanya pergeseran libur tersebut mengakibatkan banyak masyarakat yang salah menerka waktu shalat Idul Fitri. Masyarakat banyak yang mudik pada H-1 karena mengira shalat Idul Fitri jatuh pada hari Senin (21/9).
Lebih jauh, Thomas menyebutkan, tahun ini sudah dipastikan tidak ada lagi perbedaan hilal.
Hal itu disebabkan karena pengamatan dilakukan di atas 4 derajat. Bahkan, di Jabar hilal terlihat lebih besar lagi, yaitu mencapai 6 derajat.
Saling melengkapi
Pengamatan hilal, tambahnya, dari sisi dalilnya memang ada dua yaitu hisab dan rukyat. Namun, dari sisi astronomi, pengamatan hilal dengan hisab maupun rukyat justru saling melengkapi.
”Hisab astronomi modern sekarang sudah bisa dipastikan hasilnya akan cocok dengan pengamatan. Sebab, pengamatan dilakukan sudah dengan komputerisasi,” ujarnya.
Pengamatan secara komputerisasi, sambung dia, langsung mengarah ke posisi bulan. Dengan demikian, hasilnya lebih akurat dan lebih membuktikan seberapa besar keakuratan hasil penghitungan tersebut.
”Lembaga atau organisasi massa Islam di Indonesia sekarang banyak yang sudah menggunakan pengamatan dengan komputer untuk mengamati hilal,” ujarnya menegaskan.(ANT/YUN)
Catatan:
Satu lagi instansi pemerintah yang menghitung / hisab awal Syawal, setelah BMKG dan Badan Hisab & Rukyat DEPAG, dengan hasil yang sama.
Kamis, 17 September 2009 | 05:07 WIB
Bandung, ANTARA – Kepala Pusat Pemanfaatan Sains dan Atmosfer Iklim Lembaga Penerbangan dan Antariksa Thomas Djamaludin, Rabu (16/9) di Bandung, Jawa Barat, mengatakan, 1 Syawal 1430 Hijriah atau Lebaran berdasarkan perhitungan dan pantauan posisi Bulan diyakini jatuh pada hari Minggu (20/9).
Berdasarkan pantauan pakar astronomi, posisi hilal pada Sabtu (19/9) menurut Thomas sudah di atas 4 derajat, azimut Bulan dari Matahari sudah cukup jauh, yaitu sekitar 6 derajat, sehingga tanggal 1 Syawal akan jatuh pada hari Minggu (20/9).
”Secara umum, hilal sudah bisa dilihat baik berdasarkan hisab (perhitungan) ataupun rukyat (melihat Bulan) pada 19 September di beberapa tempat,” kata Thomas Djamaludin yang juga peneliti utama astronomi dan astrofisika itu.
Ia menjelaskan, sebenarnya dalam kalender Departemen Agama tanggal 1 Syawal jatuh pada Minggu (20/9). Namun, karena bertepatan dengan hari libur, maka digeser. Jadi, sebenarnya tak ada perbedaan hilal, yang membedakan hanya karena adanya pergeseran hari libur saja.
”Saya mengingatkan kepada masyarakat agar pada 20 September tidak puasa lagi karena hari itu sudah jatuh pada tanggal 1 Syawal. Itu berarti puasa telah berakhir pada 19 September,” ujarnya.
Waktu shalat
Menurut Thomas, adanya pergeseran libur tersebut mengakibatkan banyak masyarakat yang salah menerka waktu shalat Idul Fitri. Masyarakat banyak yang mudik pada H-1 karena mengira shalat Idul Fitri jatuh pada hari Senin (21/9).
Lebih jauh, Thomas menyebutkan, tahun ini sudah dipastikan tidak ada lagi perbedaan hilal.
Hal itu disebabkan karena pengamatan dilakukan di atas 4 derajat. Bahkan, di Jabar hilal terlihat lebih besar lagi, yaitu mencapai 6 derajat.
Saling melengkapi
Pengamatan hilal, tambahnya, dari sisi dalilnya memang ada dua yaitu hisab dan rukyat. Namun, dari sisi astronomi, pengamatan hilal dengan hisab maupun rukyat justru saling melengkapi.
”Hisab astronomi modern sekarang sudah bisa dipastikan hasilnya akan cocok dengan pengamatan. Sebab, pengamatan dilakukan sudah dengan komputerisasi,” ujarnya.
Pengamatan secara komputerisasi, sambung dia, langsung mengarah ke posisi bulan. Dengan demikian, hasilnya lebih akurat dan lebih membuktikan seberapa besar keakuratan hasil penghitungan tersebut.
”Lembaga atau organisasi massa Islam di Indonesia sekarang banyak yang sudah menggunakan pengamatan dengan komputer untuk mengamati hilal,” ujarnya menegaskan.(ANT/YUN)
Catatan:
Satu lagi instansi pemerintah yang menghitung / hisab awal Syawal, setelah BMKG dan Badan Hisab & Rukyat DEPAG, dengan hasil yang sama.
Langganan:
Postingan (Atom)
AddThis
